Marc Marquez FanFic

You Belong With Me (6th Chapter)

BeFunky_YouBelongWithMe.jpgHappy Reading guys 😀 and please, NO SILENT READER! Leave your ‘LIKE’ or ‘COMMENT’ bellow 🙂 Thank you 😀

Hari demi hari, dan minggu demi minggu sudah terlewati. Sosok Sam tak pernah lagi Marc lihat. Meski jendela mereka berseberangan.
Sosok mungil itu tak pernah lagi menyapanya dengan senyum manisnya dijendela itu.
Entah mengapa, Marc begitu merindukan sosok itu. Marc sangat merindukannya.
“Apa yang kau lihat?”
Tanya Alex yang sudah berada tepat dibelakang Marc.
“Sudah sebulan aku tak melihat Sam. Apa mungkin aku ada salah dengannya, ya? Aku merasa tidak enak sekali.”
“Kau merindukannya?”
Pertanyaan Alex itu seketika membuat Marc terdiam. Apa yang Alex katakan itu tidak salah. Ia memang merindukan sosok bawel itu.
Ia merindukan setiap celotehan gadis itu. Juga senyuman manisnya.
Apa yang kupirkan? Kenapa aku seperti sedang merindukan orang yang aku cintai? Tapi..aku tak pernah merindukan Ann seperti aku merindukan Sam…apa benar aku masih mencintai Ann?
“Kemungkinan kau tak akan pernah melihatnya lagi, Marc.”
“Maksudmu?”
“Dia bukan Sam-mu lagi..”
“A-apa maksudmu..aku benar-benar tidak mengerti.”
“Lihat kesana..”
Alex menunjuk pada sebuah pemandangan yang bahkan tak pernah Marc duga sebelumnya.
Itu Sam. Gadis itu baru saja turun dari mobil Austin. Dan pria itu..pria itu baru saja mengecup lembut kening Sam.
Sakit. Itulah yang Marc rasakan. Seperti ada sesuatu yang menusuk-nusuk hatinya. Rasanya perih, lebih perih dibandingkan waktu Ann memutuskan hubungan dengannya waktu itu.
Perasaan ini tidak wajar. Ini aneh. Kenapa aku cemburu? Kenapa aku yang sakit hati? Kenapa?
Marc menjauh dari tepi jendela. Pria itu tak sanggup lagi menatap pemandangan itu.
Senyum Sam..tawa Sam..dan celotehan Sam..bukan lagi untuknya. Marc cemburu. Dia akui itu sekarang. Tapi..Marc tidak tau kenapa dia harus cemburu.
“Kenapa? Kau tidak punya alasan untuk cemburu, Marc.Bukannya kau sudah punya Ann..dan kau mencintainya, kan?”
Alex benar. Ia sudah punya Ann. Dan ia sangat mencintai Ann. Sangat mencintai Ann?? Apa benar? Eh? Kenapa aku ragu sekarang?
“Kupikir..sekarang Sam sudah cukup bahagia. Apalagi..Austin sangat mencintainya.”
Ujar Alex kemudian keluar dari kamar kakanya itu. Sebenarnya ia pun tak tega melihat kakakanya dalam keadaan kacau seperti itu.
Tapi mau bagaimana lagi? Alex tak mau kakaknya itu terus-terusan buta dengan perasaannya sendiri.
“Kau benar…Sam pasti bahagia..”
Mendadak Marc menjadi lesu. Ia tak bersemangat. Ditatapnya jendela kamar Sam yang tepat berada diseberang jendela kamarnya.
“Tolong tuliskan sesuatu untukku, Sam…seperti dulu lagi..”
Dan seakan Sam mendengar suara Marc itu, jendela kamar gadis itu pun terbuka dan gadis itu muncul dengan sepucuk kertas HVS.
“Hei, Gollum! Apa kabarmu?”
Tunjuk gadis itu sembari tersenyum lebar. Marc tertegun. Segera pria itu tersadar dan mengambil buku sketsanya dan menuliskan sesuatu.
“Seperti yang kau lihat. Jangan panggil aku Gollum! (>,<)”
Sejenak Sam tertawa. Gadis itu lantas menuli lagi sesuatu diatas kertas HVS.
“Kau itu mirip Gollum. Jadi, jangan membela diri. Terima saja sebagai takdir (^.^)”
Lagi-lagi Sam tertawa lepas. Dan seketika, tawa gadis itu lenyap ketika melihat apa yang dituliskan Marc. Hatinya berkedut. Tapi..tetap harus ia jawab.
“Kau…dan Austin…pacaran?”
“Yaahh…begitulah…dan dia lumayan romantis (^_^)”
Hati Marc lagi-lagi merasakan sakit yang asing. Ia bahkan kebingungan, kenapa ia harus merasa terluka seperti ini.
“Baguslah kalau begitu..”
Sam tak lagi membalas. Gadis itu hanya tersenyum kemudian menjauh dari tepi jendela. Sedang Marc masih membatu ditempatnya. Bahkan, ponselnya yang terus berdering tak ia hiraukan. Entah sudah berapa lama ponselnya itu terus berdering tapi tak ia hiraukan sama sekali.
Tidak biasanya Marc seperti ini. Sial! Ada apa denganku? Kenapa pikiranku kacau seperti ini?

# # # # # # #

      “Lusa prom night dan kau belum membeli gaun? Samantha..ayolah!!”
“Tapi aku sibuk belajar, Karen. Aku…”
“Ssst! Sekarang kau ikut aku..kita kesana dan carikan gaun untukmu. Bagaimana?”
“Kesana? Jauh sekali? Memangnya di sini tak ada boutique apa?”
“Sayang..kalau kau mengeluh jauh..kenapa untuk pulang pergi ke kampus kau juga tidak mengeluh, hah?”
“I-itu kan…beda..”
“Tidak beda, Sam. Lihat! Jarak antara Cervera dengan Barcelona University lebih jauh ketimbang dari Cervera ke pusat perbelanjaan di Barcelona, Sam. Yaahh..meskipun akan lama nantinya, kau pasti akan menikmatinya.”
“Iya. Kau kan Shopaholic. Sedang aku..”
“Ayolah, Sam…”
“Iya..iya..baiklah.”
Langsung dan tanpa pikir panjang, Karen menarik tangan Sam pergi. Dengan menumpang mobil Sam, keduanya pergi ke Barcelona. Surga belanja bagi para wanita yang haus fashion seperti Karen.
“Aku tidak pernah tau kalau kau bisa menyetir, Sam.”
“Yaahh..begitulah. Ayahku masih membatasiku untuk menyetir sendiri.”
“Tapi..”
“Jangan tanyakan lagi…anggap saja, kita sedang naik mobil curian. Dan berusahalah untuk nikmati mobil curian ini..Kenapa kau tidak mengajak Alex saja, Karen?”
“Ini kejutan, Sam..penampilan kita adalah kejutan untuk pacar kita. Ingat itu, Sam!”
“Apa itu salah satu dari pelajaran berdandan kita?”
“Yaahh..kau bisa menganggapnya begitu.”
Sam tersenyum mendengar perkataan Karen. Pantas saja, kebanyakan drama korea yang ia tonton. Ada begitu banyak actor pria yang sangat terpesona dengan dandanan seorang gadis yang awalnya ia anggap biasa-biasa saja. Ternyata itu kuncinya..
“Terima kasih atas saranmu, Karen. Kurasa aku mulai mendapat angin segar sekarang..”
“Angin segar? Maksudmu?”
“Nanti juga kau akan tau..”

# # # # # # #

      “Ayolah, Karen…sudah 4 boutique dan kita belum membeli apapun? Aku capek..”
Sam mulai memegang tengkuknya yang pegal. Tangan gadis itu mulai terasa keram.
“Jangan megeluh dan jalan saja. Aku yakin..di boutique yang ini pasti kita akan dapatkan apa yang kita mau..”
“Kemana lagi, hah?”
“Colmando!”
“Owh..tidak..”
Sam akhirnya memutar arah mobilnya mengikuti arahan Karen. Seakan Sam benar-benar pasrah dengan selera fashion Karen.
Dan tak memakan waktu 15 menit, Sam dan Karen sudah tiba di Colmando. Boutique terkenal dengan baju-baju bermerek terkenal pula.
“Sudah kubilang kan, Sam. Bagaimana kalau gaun putih ini? Kau akan cantik sekali menggunakannya. Apalagi..kau punya tubuh mungil yang proporsional. Kulit putih susu yang cantik dan…yaahh..entahlah..aku sulit menjelaskan kecantikanmu.”
“Jangan memujiku begitu. Itu terlalu berlebihan.”
“Aku tidak bohong, Sam. Kau tidak pernah berkaca, ya?”
“Selalu..”
“Lalu kenapa kau tidak lihat bentuk tubuh dan warna kulitmu sendiri?”
Sam mulai memperhatikan tubuhnya sendiri dicermin besar yang ada diboutique itu.
“Yaah..aku percaya padamu, Karen. Aku benar-benar tidak tau apa-apa soal fashion. Kau sendiri tau itu..”
“Makanya serahkan saja semuanya padaku..”
Karen mendorong masuk Sam kedalam kamar pas dan menyodorkan minidress putih yang ia pilihkan tadi. Gadis itu menunggu dengan penasaran diluar sana. Dan…
Astaga..!!

To Be Continued…